Jumat, 04 Maret 2011

cara menghadapi UN

Prediksi Medan UN Sesungguhnya!

Wah ngga terasa UN alias Ujian Nasional bentar lagi yah. Denger-denger anak SMP dah pada UN akhir Maret ini. Udah prepare dong? Helda harap udah… Kan ada tips cara belajar untuk lulus UN dari blog remaja.
Kalo udah mau deket gini, it means bukan waktunya lagi untuk belajar mati-matian. Udah lewat! It’s the time to prepare yourselves fighting the real enemy at a real war!

Ujian Nasional
Ujian Nasional
Iya, ini saatnya kita persiapin diri kita berada dalam UN sesungguhnya. Belajar pastinya udah dong, itu poin pentingnya. Kalo dah belajar, dah gampanglah… Tinggal stay cool ajah…
:P
Nah, tapi belajar aja ngga cukup. Sama seperti perang, kita harus mengenali musuh dan mengenali medan perang. Belajar itu disamain dengan mengenali musuh, daaannn… mengenali medan perang adalah:
  • Hati-hati Sama Medan Ujian Ntar!

Pas try-out UN apalagi di bimbel, jarang banget ada masalah – yang kelasnya pengaplah, meja atau kursinya rusak atau bolong-bolong, pun pengawasnya nyeremin. Lain halnya dengan Ujian Nasional nantik! Helda ingatin deh sama kamu hal-hal yang udah disebutin barusan. Hohoho.
Zaman-zaman Helda sekolah sih ngga pernah ngalamin kayak begituan. SMA, sekolah di sekolah mahal baru gitu, UN-nya pun mejanya bagus-bagus. Pas SMP, Helda dapetin tempat ujian di kelas favorit. (Narsis mode on)
:P
Pengalaman dapetin kelas yang ngga nyaman dialamin oleh adek Helda. Dulu pas SMP, dia dapet ruangan yang gelap, paling ujung dan mejanya ‘kurang’ pulak itu! Eitsss… Tapi dia punya tips nih. Dateng cepat dan tukar mejanya. Jangan lupa bawa lem yah. Xixixi…
;))
  • Pelajari Jurus dan Strategi Menghadapi UN!

Coba deh, ‘nguping-nguping’ dan pelajari tips dan trik mengerjakan soal-soal UN.
Helda pernah dikasih tau sama guru kalo jawaban-jawaban dalam soal UN itu biasanya seimbang. Maksudnya, persentase banyaknya jawaban A, B, C, D dst itu hampir-hampir sama.

:-?
Plus, jangan lupain metode yang Helda namakan: metode logika mengeliminasi. Metode apaaan tuh yaa? Di antara jawaban-jawaban yang ada, pasti ada deh yang ngga mungkin banget. Nah, kalo dah gitu, pilihan yang ngga irasional itu dibuang aja. Otomatis jawaban yang mesti kita pilih tinggal dikit kan?
Contoh kasus:
Kamu udah selesain 30-35 soal dari 40 soal. Pertama coba pakai metode logika mengeliminasi ituh. Kalo udah mentok banget, ya udah deh, hitung pilihan jawaban A, B, C dst. Nah, isi yang masih kosong dengan pilihan jawaban yang paling dikit.
:-d
  • Stay in the Class Until the End of Time!
Puter lagu Until the End of Time-nya Justin Timberlake di memori otak masing-masing. Lho? Maksudnya, Hel?
Lagunya bikin damai ajah. Hehe. Intinya, tetep damai aja di kelas. Peace! Gunain waktu dengan sebaik-baiknya. SAMPAI BATAS WAKTU! Temen-temen kamu boleh aja udah pada keluar padahal waktu masih ada, masih lama pula. Ngga usah terpancing yah… Biarin ajah mereka keluar, tapi bagi kita waktu itu sangat ber-har-ga!
Helda teringat masa-masa Ujian Nasional di SMP dulu. Waktu itu ujian bahasa Inggris. Temen-temen udah pada keluar, padahal waktunya masih lama. Tapi, Helda did the opposite one!
Helda nyantai aja jadi penghuni terakhir di kelas (ngga termasuk pengawas ya). Sampe-sampe pengawasnya bosan tuh kayaknya. Helda ngga salah ya kan? Hak kita doong…
:P :)) =))
Yang penting udah belajar untuk UN, tau jurus dan strateginya plus hargai waktu, kita ngga perlu takut dah buat menghadapi UN. Bocoran UN pun ngga perluuu ituuu.Ciaaaattttt… Semangat, Adek-adek!!!
:-*

Yang Nyangkut dari Mesin Pencari:

uan 2011, prediksi un 2011, tips ujian nasional 2011, Tips menghadapi UN 2011, tips menghadapi ujian nasional 2011, tips menghadapi UN, Tips lulus Un 2011, TIPS UN 2011, CARA MENGHADAPI UN, cara menghadapi ujian nasional 2011 Postingan Terkait:
  1. Cara Belajar Agar Lulus UN
    Beberapa waktu lalu, saya pernah posting mengenai “Budaya Instan Lulus...
  2. Pengumuman Kelulusan, Siap?
    Hai… Besok hari Sabtu balik lagi dan ada sesuatu yang...
  3. Kenapa Aku Selalu Kekurangan Duit???
    Awal bulan, pastinya kantong masih full! Hihi. Btw, masih bertahan...
  4. Budaya Instan Lulus Ujian Nasional
    Dulu waktu Idol-idol-an itu sedang merebak, pembahasan mengenai yang instan-instan...
  5. Lupakan Impianmu, Maka Impianmu Akan Tercapai!
    Yes, Helda is back again on the “Blog Remaja”! Hehe....

ufo

Benda Terbang Aneh (disingkat BETA; identik dengan makna dari istilah bahasa Inggris: Unidentified Flying Object disingkat UFO) atau sering kali disebut sebagai benda terbang tak dikenal adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda terbang yang tidak bisa diidentikasikan oleh pengamat dan tetap tidak teridentifikasi walaupun telah diselidiki. Istilah BETA diperkenalkan oleh Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) era 1960-an RJ Salatun untuk fenomena ini [1]. Istilah lain yang digunakan adalah "piring terbang" (bahasa Inggris: flying saucer) dan pertama kali digunakan wartawan untuk menggambarkan benda terbang misterius yang dilihat oleh Kenneth Arnold, yaitu sembilan obyek terbang aneh dalam suatu formasi di atas gunung Rainier, pegunungan Cascade, Washington.[2] Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Juni 1947. Sejak saat itu, istilah “Piring Terbang” memengaruhi imajinasi banyak orang.[3]
Istilah lain yang juga sempat diperkenalkan adalah BETEBEDI (Benda Terbang Belum Dikenal) yang dikemukakan oleh seorang akuntan publik dari Bandung yang bernama C.M. Tanadi yang pada tahun 80-an banyak menerbitkan buku terjemahan tentang fenomena ini dan majalah yang bernama Betebedi.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Istilah UFO yang Populer

Penggunaan istilah "UFO" sebagai penampakan fenomena misterius pertama kali disarankan pada tahun 1952 oleh Kapten Edward J. Ruppelt, pemimpin pertama Proyek Buku Biru. Penggunaan istilah "Piring Terbang" tidak mencerminkan penampakan yang berbeda-beda. Ruppelt mengatakan bahwa istilah "UFO" mesti dilafalkan seperti kata "you-foe" (kau musuh). Bagaimana pun juga, istilah tersebut biasanya dilafalkan dengan menyebut hurufnya satu persatu: "U. F. O.". Istilah asing ini dengan cepat diadaptasi oleh Angkatan Udara, yang juga langsung menggunakan istilah "UFOB" sekitar tahun 1954. Ruppelt menceritakan pengalamannya dengan Proyek Buku Biru dalam catatannya, "The Report on Unidentified Flying Objects" (laporan mengenai objek terbang tak dikenal) (1956), juga merupakan buku pertama yang menggunakan istilah UFO.[4]

[sunting] Beberapa catatan dari zaman kuno

Ukiran kayu pada tahun 1566 karya Hans Gleser, yang melukiskan kejadian di Nuremberg tahun 1561.
  • Sastra Hindu Kuno, Ramayana, menguraikan penggunaan mesin terbang rumit, yang kemudian menjadi objek terhadap spekulasi tentang BETA.
  • Penulis Romawi, Iulius Obsequens, menulis bahwa pada tahun 99 SM, "di Tarquinia menjelang matahari terbenam, objek bulat, seperti globe, perisai bundar atau bulat, terbang di langit dari barat menuju timur".
  • Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Usayd bin Hudhayr melihat gumpalan awan yang menyerupai payung yang mengagumkan, dan belum pernah terlihat olehnya sebelumnya. Awan tersebut terlihat sangat indah dihiasi dengan benda berkedip-kedip seperti lampu bergantungan, tergantung seperti lampu-lampu memenuhi ufuk dengan sinarnya yang terang. Akhirnya awan tersebut terbang lebih tinggi kemudian menghilang [5] Keesokan harinya Usaid pun menemui Muhammad dan menceritakan apa yang telah ia lihat semalam, kemudian Muhammad pun berkata bahwa, itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan Usayd membaca Al-Qur'an.[6]
BETA berbentuk sabit seperti yang digambarkan oleh Kenneth Arnold.
  • Pada tanggal 24 September tahun 1235, Jendral Yoritsune dan pasukannya mengamati bola aneh bercahaya yang terbang dengan pola tak beraturan di langit malam dekat Kyoto, Jepang. Penasihat jendral menyuruhnya agar tidak usah khawatir – itu hanyalah angin yang menyebabkan bintang kelihatan bergoyang.[7][8]
Penampakan-penampakan tersebut biasanya dihubungkan sebagai gejala supernatural, malaikat, dan simbol-simbol keagamaan lainnya. Beberapa penyelidik mempercayai penampakan tersebut sebagai penampakan benda aneh di zaman kuno yang berhubungan dengan laporan piring terbang di zaman modern.

[sunting] Penampakan di zaman modern

Sebelum istilah "Piring Terbang" dan "BETA" dipilih, terdapat banyak laporan tentang penampakan fenomena aneh di udara. Laporan-laporan di bawah ini terjadi pada pertengahan abad XIX sampai awal abad XX.
  • Pada bulan Juli 1868, penyelidik BETA mendokumentasikan penampakan piring terbang yang yang terjadi di kota Copiapo, Chili.[11]
  • Pada tanggal 25 Januari 1878, Denison Daily News menulis bahwa petani lokal yang bernama John Martin melaporkan penampakan objek terbang yang besar, gelap, dan bulat menyerupai balon terbang "dengan kecepatan yang menakjubkan". Ia membandingkan ukuran objek tersebut saat berada di atas kepalanya sebagai "piring yang besar".[12]
  • Insiden Fátima atau "Keajaiban dari Matahari", disaksikan oleh puluhan orang di antara ribuan orang di Fátima, Portugal pada tanggal 13 Oktober 1917, dipercaya oleh beberapa peneliti bahwa kejadian itu benar-benar merupakan peristiwa penampakan piring terbang.
  • Dalam pihak Eropa maupun pihak Jepang selama Perang Dunia II, penampakan "Pejuang musuh" (bola bercahaya dan terdapat bentuk lainnya yang mengikuti pesawat) dilaporkan oleh kedua pihak dan pilot negara yang berseteru.[13]
  • Pada tangal 25 Februari 1942, tentara Amerika Serikat mendeteksi adanya pesawat terbang tak dikenal yang diamati lewat pandangan mata dan pada radar di atas Los Angeles, wilayah Kalifornia. Asal-usul pesawat tersebut tidak pernah diketahui. Insiden tersebut kemudian dikenal sebagai "Pertempuran Los Angeles", atau "Peyerangan udara di pesisir barat".[14]
Sebuah BETA di atas New Hampsire pada tahun 1870, yang dikenal sebagai kapal terbang misterius.

[sunting] Kesaksian Kenneth Arnold

Pada masa akhir Perang Dunia II, kemahsyuran BETA dimulai dengan laporan penampakan benda terbang aneh oleh seorang pengusaha Amerika, Kenneth Arnold, pada tanggal 24 Juni 1947 ketika mengendarai pesawat pribadinya di dekat Gunung Rainier, Washington. Ia melaporkan penampakan sembilan objek terbang bersinar melintasi Gunung Rainier menuju Gunung Adams dengan "kecepatan yang luar biasa". Dia bercerita kepada seorang wartawan surat kabar bahwa benda itu bergerak dengan kecepatan 1600km/jam.[3] Arnold kemudian mengatakan bahwa mereka "terbang seperti piringan jika dilemparkan melintasi air" dan ia juga mengatakan bahwa mereka "gepeng seperti kue pai", "berbentuk seperti piring", dan "berbentuk seperti bulan sabit, lonjong di depan dan cembung di belakang, ... mereka kelihatan seperti cakram pipih yang besar" (namun kemudian penampakannya digambarkan berbentuk seperti sabit). Laporan Arnold tersebut membuat masyarakat dan media masa tertarik sehingga muncullah istilah "Piring Terbang" dan "Cakram Terbang". Setelah laporan Arnold menjadi terkenal, beberapa minggu kemudian ratusan laporan penampakan yang berbeda bermunculan, banyak yang berasal dari Amerika Serikat, namun dari negara lain juga cukup banyak. Mungkin yang paling terkenal di antara laporan tersebut adalah laporan dari awak pesawat United Airlines, yang melihat penampakan sembilan objek seperti cakram di atas Idaho pada petang hari tanggal 4 Juli. Pada masa itu, penampakan tersebut lebih banyak diperbincangkan daripada laporan Arnold dan membuat seolah-olah mempercayai apa yang pernah dilaporkan oleh Arnold. Beberapa hari kemudian banyak surat kabar di Amerika yang dipenuhi oleh berita terbaru tentang "piring terbang" atau "cakram terbang" pada halaman depannya.

cerita pendek tentang keluarga bahagia

Lelaki itu,…tubuh gempalnya tidak dapat menyembunyikan kondisi fisik yang kini semakin lemah, tampak keramahan senyum yang terselip diantara guratan-guratan keriput wajahnya. Usianya telah renta dengan raut yang menua, ditambah tubuh yang tidak setegar dulu. Namun jiwa dan pengalamanya telah diuji berbagai cobaan yang membuat dia semakin tegar melewati usia yang tersisa.

Semenjak muda kemandirian telah mendidiknya. Kampung halaman rela ditinggalkan demi menapaki nasip, hanya bermodalkan asa untuk tujuan hidup yang diharapkan cerah. Berpisah dari ibu, ayah, sanak famili dan rumah tempat dia dibesarkan, hanya pakaian di badan dan ongkos sekedarnya. Tekad lah yang membulatkan niatnya untuk pergi merantau. Kisah lampau yang terjadi tahun -70 an dulu.

Berpuluh tahun berkelana ke berbagai daerah, ribuan kilo jalan yang telah dia tempuh. Berbagai aral yang terlewati, menantang usianya yang kala itu masih tunas. Namun, jiwa seorang perantau adalah “tabah”, hingga dapat menjadikan semuanya itu sebagai pelajaran untuk hidup.

Perlahan tujuan yang dicari semakin tampak, rezeki telah didapat walaupun masih sekedar, cukuplah sebagai bekal tuk merajut masa depan. Dia kemudian berkeluarga, sang istri diperturutkan untuk mengais hidup di negeri orang. Bahtera yang dipertemukan di tanah rantau. Bersama mereka menjunjung “Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung “.

Setelah sekian waktu, merekapun dikaruniakan buah hati. Berangsur-angsur karunia itu terus bertambah. Hingga di rumah kecil itu, hiduplah mereka bersama lima orang anak. Tiga lelaki dan dua perempuan. Titipan Ilahi yang sangat mereka cintai, namun takdir membiarkan anak-anak itu tumbuh dengan “kesederhanaan”. Tidak ada sedikitpun yang mereka sesalkan, karena selama ini kata itu yang setia menjadi “sobat” dalam mengarungi kehidupan.

“Kesederhanaan” mendidik manusia untuk tegar dan tidak mudah tergoda rupa semu nikmat duniawi, menggiring pada ujung keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendakNya. Semoga juga dengan “kesederhanaan”, anak-anak mereka dapat tumbuh sebagai manusia yang mengerti akan hidup yang lurus”.

Tidak semua “orang dulu” pemikiranya ‘kuno’, meskipun sepasang suami istri itu tidak mengecap pendidikan yang berarti. Mereka adalah orang tua yang bijak, dapat menyikapi pengalaman dan sadar bahwa “kebodohan” bukanlah penyakit yang harus ditularkan kepada generasi selanjutnya. Prinsip yang telah tertanam dalam akal, hingga pendidikan anak-anak mereka menjadi prioritas sedini mungkin.

Agama pun teramat penting sebagai pedoman hidup, patut diresapi kesakralanya dengan pemahaman yang benar. Setidaknya sebagai orang tua, mereka sadar bahwa meyakini keesaan Allah itu adalah wajib, maka sedari kecil kelima anaknya perlahan diajari Islam.

Yang terpenting menurut mereka adalah supaya bisa shalat dan mengaji. Pandangan tentang agama yang masih awam, dikarenakan jiwa suami istri itu tidak pernah lebih terasah untuk memahami agama secara absah. Namun, setidaknya niat mereka diringi kesungguhan. Dan walaupun awam, didikan mereka itu telah meyentuh tiang utama dari Agama Islam sendiri.

Berpuluh-puluh tahun perguliran waktu telah terlewati. Masing-masing anggota keluarga itu telah bersama untuk waktu yang sangat panjang. Banyak suka duka yang hadir silih berganti menghampiri keluarga ini. Kelima anak mereka telah tumbuh dewasa, perlahan satu-satu mulai menapaki hidup baru masing-masing.

Anak lelaki yang pertama telah berkeluarga, kemudian beranak satu pula. Betapa senang hati kedua orang tua itu ketika pertama kali menimang cucu. Begitu pula anak keduanya yang wanita, setelah merampungkan gelar sarjana, kemudian dipersunting oleh seorang pria baik. Cukuplah membuat hati kedua orang tua itu sumringah jika melihat kehidupan anaknya bahagia, seakan tidak mengharapkan apa-apa lagi.
Sedangkan anak yang ketiga masih menuntut ilmu di bangku kuliah, bersamaan dengan kedua orang adiknya yang juga masih sekolah.

Itu lah sedikit kisah yang bisa diceritakan tentang kehidupan mereka saat ini, tidak ada kisah menarik lain karena semuanya masih “sederhana”, atau mungkin itu yang sudah digariskan…

Selama hidupnya, kedua orang tua itu hanya mengabdi sepenuhnya untuk keluarga, yang utama adalah berusaha untuk kebahagiaan anak-anaknya. Mereka berdua tidak pernah mampu berikan limpahan kekayaan materi, tapi berusaha memberikan pelajaran lain yang dapat digunakan sebagai bekal hidup kelima anaknya nanti.

Bagaimana dengan kehidupan kedua orang tua itu sendiri?,
Mereka ihklas untuk tidak mengharapkan apapun, karena kebahagiaan keluarga adalah kebahagiaan mereka. Pikiran sederhana dan jujur mereka yang menyimpan harapan, dari benih yang ditanam akan menuai sesuatu nantinya.

Tapi, ternyata selama ini anaknya tidak pernah benar-benar memahami apa yang telah diajarkan oleh kedua orang tuanya. Mereka sengaja bermanja dengan kasih sayang kedua orang tua mereka yang terlalu, tanpa menyadari bahwa hal itu tidak pantas berada dibalik hidup “sederhana”.

Aku lah anak ketiga yang dibesarkan dalam keluarga “sederhana” ini, yang sekarang masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Aku yang menulis kisah singkat ini. Cerita tentang pergulatan hidup kedua orang tua yang tak kenal letih dalam menghidupi keluarga.

Mereka adalah kedua orang tua ku yang sangat kusayangi. Dari kecil aku dididik untuk “menjadi orang” , disekolahkan, sholat, mengaji. Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya jadi anak “orang mampu”, tapi hingga kini tidak secuil pun aku menyesal. Aku yang sekarang, tentulah pribadi yang akan seperti ini, entah bagaimana nanti hanya Kuasa yang Maha Mengetahui.

Tapi sesalku karena belum ada hal berarti yang telah kupersembahkan kepada kedua orang tua itu….

Jangankan diriku, mereka yang telah lebih dahulu dewasa, -kedua orang kakak ku-, seharusnya dengan pikiran dewasa mereka sudah bisa membahagiakan kedua orang tuanya, atau sedikitnya dapat membuat bangga.
…ternyata , “aku sama tidak mampunya dengan kedua kakak-kakak ku itu”,….

Hingga kapan semuanya begini ?

Seharusnya diantara kami sudah ada yang membuat kedua orang tua itu tersenyum bangga, walaupun mereka tidak terlalu mengharapkanya. Karena aku tahu, kedua orang tuaku tidak sama dengan orang diluar sana yang menanti bahkan menuntut anak-anak mereka untuk dapat “sombong”. Sungguh tidak seperti itu kami dididik…

Betapa besar keinginan ku untuk menulis kisah ini, terdorong oleh sesal dan limpahan kasih sayang ku terhadap Ayah dan Ibu. Akupun tahu seperti itu halnya saudara-saudari sedarah ku yang lain. Kami hadir di dunia karena dua orang itu, sedari kecil dicintai tiada tara, dirawat dan dididik hingga dewasa seperti kini.
Di usia senja mereka kini, tidak ada alasan untuk menyisihkan mereka , karena jika niat itu ada…kami adalah manusia “nista”.

Mungkin takdir yang akan menuntun semuanya itu. Alur hidup mengalir seperti air sungai, kami hanya mengikuti arus. Kadang terburai gelombang, pecah dihantam batu, namun dapat bersatu di muara nanti.

Jika hidup diibaratkan perputaran roda, memang terkadang harus berada di bawah lalu kembali ke atas. Menang dapat diraih, semudah kekalahan yang pasti hadir. Hanya Keimanan dan kesungguhan yang dapat menerima semuanya itu secara lumrah, seperti kehidupan yang wajar pula untuk binasa.
Untuk itu, hanya dengan keyakinan dan Niat suci semua keinginan dapat tercapai.

Terbitlah kesadaran bahwa, jika ingin membahagiakan kedua orang tua, mutlak berasal dari niat tulus pribadi kami –anak anaknya-. Hilangkan keegoisan untuk terus “mengemis” belas kasih kedua orang tua secara berlebih, karena kedewasaan menuntut untuk mandiri.

Tak ada guna melakukan hal yang sia-sia, seiring usia kedua orang tersayang kita yang semakin berlalu. Ujung hidup mereka pastilah kan tiba nanti, jangan sampai di saat itu barulah kita tersadar selama ini hanyalah berbuat hampa.

Aku sama sekali tidak menyalahkan siapapun, karena kasih ku pun tak ternilai untuk kalian. Tanpa kalian, pasti aku sudah lama jenuh dan pergi dari dunia yang membuat aku asing. Hanya kalian, manusia yang sungguh mengerti dan menyayangi aku sepenuh hati. Kalian, yang di dalam tubuhku mengalir darah yang sama. Saudara-saudariku…
Tapi, renungkanlah sejenak syair yang kugubah dengan derai air mata ini….

Bayangkanlah…
Tak pernah terpkirkah oleh kita rasa yang teramat pilu nantinya,
Disaat mereka pergi selamanya tingalkan kita sendiri.
Apalagi jika hanya sesal di kemudian,
mereka pergi tanpa sempat mengecap arti kita.
Waktu itu, kita hanya menangis di bawah batu nisan
Kita sandarkan tangis yang percuma.
Kasih sayang yang mereka berikan begitu dalam.

Sungguh kita tak sanggup, jika itu terjadi
Karena kita sungguh mencintai mereka.
Anggaplah ini saat ini terakhir kita melihat mereka,
Agar kita selalu berusaha membuat mereka tersenyum.

Jangan tunggu derai air mata,
Untuk ucapkan selamat jalan.
Sesungguhnya satu hari saja semua bisa binasa,
Untuk itu, berbuatlah yang terbaik bagi mereka yang kita cintai.

Bagi kita,
jika sesal itu terjadi,
Hancurlah hati sepanjang hidup.



Wahai Ibu,
jejak derita telah kau tapaki,
telah lama kau acuhkan berbagai aral demi kami anak-anakmu.
Kini pun Ibuku tersayang, tak kenal letih untuk terus berjalan.
Sadarkah kalian anak-anaknya,…
tapak kaki Ibu penuh luka dan derita.
Sedangkan tetap udara kasih yang dia berikan.
Kapankah kita mampu membalas ibu….

Aku yang jauh disini, …
Ingin mendekap dan menangis di pangkuanmu Ibu.
Sampai aku tertidur dan bermimpi kembali ke masa kecil ku dulu.
Aku yang pernah menorehkan luka,
tidak pernah kau pendam sakit hati itu.
karena “Aku Anak yang kau cintai”.
Kau selalu balas dengan “doa” ,
yang menjadi teman dalam kehidupanku.
Dengan apa aku membalas sebegitu besar kasih mu itu ibu…



Ayah…
Kau adalah sumber nafas kami…
Yang menjaga hidup kami.
Kau yang ajarkan aku menjadi lelaki,
Kau tak pernah lelah,
sebagai penopang dalam tiang rumah kecil kita.
Semua petuahmu kuanggap yang terbaik
Tapi, Aku hanya memanggil mu Ayah, di saat aku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu Ayah, jika aku telah jauh dari mu.

Hingga kini aku tahu, hanya Kaulah panutanku.
“Pandailah berkawan”, itulah nasehatmu…
Tanpamu, aku bukan yang sekarang.
Aku berani hidup jauh, karena anak dari seorang perantau tangguh.
Tetap tegar ku terjal aral, karena begitulah dirimu dulu.

Ragamu tak lagi sekokoh dulu,
Usia dan rautmu semakin renta,
Tapi kau selalu tetap Ayahku…
Lelaki tegar sederhana yang mewarisi pengalaman berarti…


Hanya lewat cerita pendek ini, aku yang jauh dapat menuangkan apa yang menjadi pikiran ku selama ini. Betapa besar keinginan untuk membahagiakan kedua orang tuaku, hingga hanya itu yang menjadi satu-satunya tujuan ku selama ini.
Tapi, terbersit juga rasa sesal yang sebenarnya bodoh untuk menyalahkan takdir. Tapi apa hendak dikata, aku juga manusia normal. Wajar kalau aku aku kecewa dengan kenyataan yang membuat kedua orang tuaku hingga kini masih belum dapat menikmati usia tua mereka dengan senang.
Tapi siapa yang harus disalahkan?...
Aku yang akan berusaha dengan batas kemampuan, diiringi daya pikiran yang ada dalam nalarku, semoga berguna segala formalitas yang sedang kutempuh kini.
Tapi yang terutama, aku adalah “Maldalias”, seorang anak yang mewarisi sifat pantang menyerah dari kedua orang tuanya. Hanya Aku, pikiran dan niat tulus, yang InsyaAllah dapat mewujudkanya.
Tanpa melupakan doa dan usaha kita bersama sebagai anak-anak dari kedua orang tua yang sangat mengasihi kita.

InsyaAllah…Amien

Cerpen

Baru saja saya membaca "Short Story Collection" (Kumpulan Cerita Pendek) karya seorang pengarang dari Bengali yang sangat terkenal bernama G.K. Mitra. Ceritanya sangatlah asyik dan menyenangkan.

Salah satu ceritanya adalah tentang sepasang suami istri yang merupakan orang Bengali di mana sang suami amat sangat sibuk dengan profesinya, yaitu ''artis'' kampung. Seringkali ia pulang larut malam untuk latihan. Hal inilah yang membuat sang istri menjadi sedih dan sangat tersiksa dengan perilaku buruk suaminya.

Suatu hari, sang suami mengikuti perlombaan deklamasi. Ia mendapatkan sambutan, tepuk tangan yang sangat meriah dari para penonton seusai tampil dan karenanya ia menunggu hasil dengan optimis untuk menjadi sang pemenang tanpa mempertanyakan siapa kandidat berikutnya yang merupakan seorang wanita pemalu berbalut sari.

Wanita tersebut nampak gugup saat tampil sebab itulah penampilan perdananya. Seusai ia tampil seisi ruangan terdiam dan yang paling mengejutkan adalah dialah pemenangnya. Tentu saja sang suami shock mengetahui bahwa wanita itu adalah istrinya. Sejak saat itu, sang suami tidak pernah lagi mengabaikan istrinya.

olah raga renang

Rencana utama: Keupayaan berenang
Tubuh manusia terdiri sebahagian besarnya daripada air dan oleh itu, ia mempunyai ketumpatan yang amat serupa dengan air. Lebih kurang 70% daripada tubuh manusia ialah air. Ketika paru-paru diisi dengan udara, ketumpatan tubuh manusia adalah sedikit kurang daripada ketumpatan air di sekelilingnya. Air akan mengenakan daya keapungan pada tubuh manusia dan oleh itu, mengekalkan keapungan hanya memerlukan sedikit dorongan ke bawah, dengan pergerakan melintang hanya memerlukan sedikit dorongan ke arah yang bertentangan dengan pergerakan yang dikehendaki. Pendorongan ini dilaksanakan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai dayung, dan dengan menendang kaki untuk menolak air dari tubuh (walaupun tendangan hanya menghasilkan agak sedikit pergerakan pada keseluruhannya). Oleh sebab air masin (misalnya, air lautan) adalah lebih tumpat berbanding dengan air tawar (misalnya, kebanyakan kolam renang), tidak banyak usaha diperlukan untuk mengapung di dalam air masin, berbanding dengan air tawar.
Sebilangan gaya renang telah diperkembangkan, berdasarkan pelaksanaan sesetengah atau kesemua prinsip yang berikut:
Torso dan kaki harus dikekalkan dalam kedudukan yang selari dengan permukaan air. Kaki yang jatuh atau torso yang condong meningkatkan seretan secara ketara. Tangan harus didepangkan ke hadapan kepala dengan sebanyak yang mungkin supaya dapat memanjangkan panjang purata garis air dan dengan itu, mempercepatkan pergerakan dengan ketara.
Penyelidikan terkini menunjukkan bahawa daya tangan yang dikenakan pada air sebenarnya dijanakan oleh putaran pinggul, dan bukannya oleh otot lengan. Otot yang menarik lengan di dalam air dipasang seinci dari hujung lengan atas. Dengan lengan sebanyak 21" panjangnya, nisbah tuil ialah 1:20. Ini bermaksud bahawa tarikan otot bahu sebanyak 100 paun hanya menghasilkan 5 paun dayanya di bahagian tangan semasa ia menolak air. Sebaliknya, tork yang dijanakan oleh otot pinggul yang lebih besar dan lebih kuat mengayunkan tangan di dalam air seolah-olah pemain golf atau pemukul bola mengayunkan kayu golf atau kayu pemukul dengan suatu pusingan yang cepat pada pinggulnya. Perenang-perenang elit yang berupaya mencapai suatu tambahan yang sederhana pada pencepatan pinggul mereka akan dapat menambahkan puncak daya tangan sebanyak sekali ganda.
Masa yang dihabiskan pada sisi harus dipanjangkan supaya bahu tidak memecahkan garis air dan mengakibatkan ombak haluan. Ini mengurangkan keratan rentas depan, mengurangkan lagi seretan, serta juga menaikkan nisbah antara panjang and lebar garis air tubuh. Pembaikan yang serupakan boleh dimungkinkan dengan menyebariskan arah kepala, tangan, kaki, dan lengan yang paling sempit ke dalam air. Torso adalah paling penting, berbanding dengan bahagian tubuh yang lain. Pergerakan tangan, lengan, dan kaki dari belakang ke hadapan harus dikekalkan di udara dengan seberapa lama yang mungkin semasa kuak pemulihan. Ketika di dalam air, pergerakan-pergerakan tersebut harus dijajarkan dengan seberapa hidrodinamik yang mungkin kerana anggota yang dikembalikan harus bergerak sekurang-kurangnya dua kali lebih laju berbanding dengan perenang dan di dalam air, akan menjanakan lapan kali seretan (yang meningkat dengan kuasa tiga lajunya), berbanding dengan luas depan torso. Memutarkan bahu juga menambahkan kuasa tarikan dengan menggunakan otot abdomen untuk membantu menarik lengan di dalam air.
"Tangkap" air yang asas tidak sebegitu penting berbanding dengan perkara-perkara di atas. Kebanyakan perenang hanya menangkap air dengan tangan yang rata atau jari-jari yang didepangkan sedikit dan kemudian ditarik dengan lancar pada sepanjang badan. Semua teknik yang tersebut tidak memerlukan kekuatan tambahan. Dengan latihan kekuatan, tangan dan kaki masing-masing boleh dijulurkan dan dilunjurkan lagi ke dalam air untuk menghasilkan lebih banyak dorongan. Untuk mereka yang baru belajar renang, kekuatan yang dinaikkan hanya menghasilkan pembaikan yang kecil jika strategi-strategi di atas (mengurangkan seretan dan memanjangkan garis air) tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Animasi rangka dan dinamik bendalir pengkiraan membenarkan simulasi perenang. Ini membenarkan daya-daya pada sendi dan otot dikira, dan jika simulasi berbilang digunakan, berbagai-bagai gaya atau individu boleh dibandingkan. Melalui grafik komputer atau tangkapan pergerakan, simulasi boleh dibandingkan dengan perenang sebenar. Sedangkan ini menghapuskan banyak keraguan, tekaan masih diperlukan untuk mencipta gaya-gaya yang baru. Merumuskan sebuah buku panduan untuk perenang masih merupakan suatu cabaran kepada para jurulatih renang, dan rasa air masih diperlukan untuk menutup gelung kawalan supaya gaya-gaya renang tidak kemudian menyimpang. (Rujukan dengan gambar: [1], [2], [3], [4] Fluent, Inc.: [5], [6]).